ir a principal  |
      Ir a lateral
Okezone - EJAKULASI dini  bukan saja membuat kaum pria ketakutan. Namun, persoalan satu ini juga  membuat kehidupan ranjang tak lagi harmonis. Lebih buruk lagi,  pernikahan bisa terancam berantakan.
Masalah ejakulasi dini telah lama dikaitkan dengan masalah psikologis.  Tapi kini, para ilmuwan mengatakan masalah tersebut bisa juga diwarisi.  Peneliti telah menemukan, pria yang terlalu cepat ejakulasi ketika  berhubungan seks, kemungkinan besar memiliki kelainan genetik. Demikian okezone  lansir dari Dailymail, Kamis (22/4/2010).
Para pria penderita ejakulasi dini membawa gen cacat yang mengontrol  pelepasan dopamin—saraf transmisi terpenting yang memainkan berperan  dalam gairah seksual—dari mulai gerakan, jeda kenikmatan, dan respon  yang ada di persepsi otak saat berhubungan seks. Para peneliti di Swedia  dan Finlandia percaya, obat-obatan peningkat kadar dopamin otak  merupakan cara baru mengobati momok pria ini.
Pada tahun 1970-an, para peneliti mencatat bahwa obat dopamin digunakan  untuk mengobati penyakit Parkinson. Obat ini juga memiliki efek  aprodisiak pada beberapa pasien. Tapi sampai sekarang, sebagian besar  pakar setuju ejakulasi mungkin terkait dengan masalah psikologis,  seperti tidak rileks atau tegang selama berhubungan seks. Pengobatan  biasanya melibatkan teknik relaksasi, meskipun kadang-kadang dokter  meresepkan obat antidepresi untuk mengendalikan kecemasan.
Lebih lanjut, penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Sexual  Medicine ini menunjukkan bahwa masalah ejakulasi dini dapat  menular dari generasi ke generasi. Para ahli melihat hampir 1 300 orang  berusia 18 hingga 45 tahun dan meminta mereka untuk bertahan lebih lama  saat berhubungan seks. Mereka juga mengambil sampel air liur untuk  menguji cacat dalam gen untuk transporter dopamin, yang disebut DAT1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria dengan bentuk gen sedikit  berbeda, jauh kemungkinan lebih besar menderita ejakulasi dini. Dalam  laporan temuan-temuannya, para ilmuwan mengatakan, "Hasil penelitian ini  menunjukkan bahwa obat tersebut secara langsung memengaruhi tingkat  dopamin, dan dapat menjadi kandidat untuk pengobatan."(ftr)
Posting Lain Yang Mungkin Ingin Anda BACA JUGA :
 
 
 
 
 
  
 
  
 
0 comments:
Post a Comment