Bisnis.com - Wanita itu serba bisa. Manajer terbaik adalah wanita. Itu bukan sekedar  isapan jempol. Paling tidak itu terbukti pada sosok Dyah Anita  Prihapsari atau Nita Yudi, pemilik dan pengelola Universitas YAI, yang  mulai menggeluti bisnis sejak duduk di bangku kuliah semester IV sekitar  25 tahun lalu. 
 Awalnya, Nita mencoba berusaha dengan menjadi desain rumah dua  selebritas pada 1986. Kemudian mengikuti tender proyek di permukiman  elite Pantai Indah Kapuk. 
 Sebelum 'nyaman' membesarkan Universitas YAI, Nita yang baru saja  terpilih secara aklamasi dalam musyawarah nasional luar biasa Ikatan  Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) pekan lalu, sempat berbisnis tas,  menjadi kontraktor dan konsultan. 
 Kesadaran pribadi dan fakta bahwa wanita itu juga bisa menjadi  pengusaha membuat dirinya memberikan perhatian dan kesempatan lebih  kepada kaumnya yang ingin maju. Di sejumlah perusahaannya kini lebih  dari 50% pegawai dan karyawan diisi oleh wanita. 
 Dia pun terus berupaya memberikan kesempatan kepada wanita untuk  berkarier di perusahaannya, serta berupaya maksimal agar mereka betah  bekerja. 
 Kini, obsesi dan mimpi untuk lebih memberdayakan kaum wanita semakin  terbuka lebar begitu dia menjadi orang nomor satu di organisasi wanita  pengusaha (Iwapi). Sejumlah program kerja kabinet barunya telah disusun  untuk mencetak lebih banyak entrepreneur wanita di Tanah Air.  
 "Oleh karena itu para suami harus mengizinkan istrinya untuk  berusaha dan memberdayakan dirinya sendiri," tegas alumnus Universitas  Trisakti jurusan arsitektur landsekap dan lingkungan itu. 
 Diskriminasi
 Momen terpilihnya Nita sebagai Ketua Umum Iwapi pada April ini  terasa pas. Kalau di negeri Barat awal bulan populer dengan istilah  April Mob, di Indonesia April identik dengan Women Month. Ini adalah  bulannya kaum wanita. Bulan ini, tepatnya 21 April adalah Hari Kartini,  tokoh emansipasi wanita. 
 Namun, menurutnya, abad milenium ini tidak cukup hanya menyoal  emansipasi. Lebih dari itu, kaum wanita harus benar-benar mendapatkan  apresiasi dan kesempatan optimal untuk berkarya, termasuk menjadi  pengusaha. 
 Sayangnya, dia mengaku kecewa dengan perlakuan lembaga pembiayaan,  perbankan ataupun non perbankan yang masih diskriminatif kepada wanita  pengusaha yang mengajukan pinjaman untuk modal usaha. 
 Meskipun mereka telah berupaya untuk memperbaiki pelayanan kepada  wanita, tetapi kaum wanita pengusaha masih diharuskan untuk memperoleh  persetujuan dari suami ataupun orang tua sebelum mendapatkan kredit  usaha. 
 "Seharusnya itu tidak perlu lagi. Ke depan kami berupaya agar  referensi dari pengurus Iwapi bisa dijadikan pertimbangan wanita  pengusaha untuk mendapatkan kredit usaha," ungkap Nita. 
 Padahal, sambungnya, semestinya wanita pengusaha perlu mendapatkan  dukungan lebih berupa fasilitas kredit lebih murah. 
 Nita menegaskan seharusnya perbankan dan lembaga pembiayaan lain  tidak perlu ragu karena wanita adalah pengembali kredit terbaik.  Berdasarkan survei dari Canadian International Development Agency (CIDA)  dan Private Enterprise Participation (PEP) Kadana, sambungnya, hanya 1  orang dan 10 wanita pengusaha yang mendapatkan kredit tidak bisa bayar  alias macet. Itu pun karena dia kerampokan sehingga gagal bayar. 
 Di era kepemimpinannya Iwapi akan menggandeng lembaga perbankan  ataupun non perbankan untuk memberikan bantuan kredit usaha bagi wanita. 
 Wanita pengusaha, menurut istri Yudi Yulius itu, semestinya mampu  memberikan kontribusi besar dari kemajuan bangsa, terutama untuk  menggerakkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. 
 Berdasarkan data Iwapi, paling tidak terdapat 16.000 wanita  pengusaha di seluruh Indonesia. Bahkan, lanjutnya, dari sekitar 50,9  juta pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). 
 Nita yakin jika dalam 5 tahun ke depan kiprah wanita semakin besar  dalam segala aspek kehidupan berbangsa, kasus korupsi akan bisa ditekan,  bahkan diturunkan. 
 "Jika semakin banyak wanita yang berkarya, baik itu menjadi  pengusaha, eksekutif pemerintah, maupun legislatif negara ini akan lebih  aman dan tenteram," ungkapnya. (bambang.supriyanto@bisnis.co.id)
 
 
1 comments:
sip Gan ...
Post a Comment