VIVAnews - Ada yang bilang pernikahan itu 'surga' dunia. Tak heran jika banyak lajang stres lantaran tak kunjung menikah. Namun, ada pula yang bilang bahwa pernikahan itu adalah 'neraka' dunia.
Linda Waite, seorang profesor dari University of Chicago yang juga penulis 'The Case for Marriage: Why Married People are Happier, Healthier and Better Off Financially' mengatakan, pernikahan yang bahagia memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dan psikologis.
Ia mengatakan, kondisi pernikahan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Pasangan yang berada dalam sebuah pernikahan bahagia cenderung memiliki harapan hidup lebih lama dan lebih sehat, dibandingkan para lajang. Namun, kondisinya berbeda untuk pernikahan yang tak bahagia.
Berikut paparan Waite yang menunjukkan hubungan kondisi pernikahan dan tingkat kesehatan.
Stres pada wanita berkurang
Wanita yang hidup dalam pernikahan bahagia lebih mudah melepaskan diri dari tekanan hidup di luar rumah, daripada yang tidak menikah. Peneliti dari Universitas California membuktikan, hormon kortisol pemicu stres pada wanita berkurang saat pulang ke rumah.
Sementara pada wanita menikah yang kurang bahagia, level hormon kortisol dalam tubuh cenderung tidak berubah sehingga sulit pulih dari kondisi stres.
Wanita menikah lebih gemuk
Kebanyakan wanita beradaptasi dengan pola makan pasangan saat menikah. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan berat badan mereka. Studi terbaru menemukan, berat badan wanita rata-rata meningkat 10 kilogram dalam kurun waktu 10 tahun setelah menikah, terutama mereka yang memiliki anak. Sementara berat badan lajang rata-rata naik 7 kilogram.
Risiko pria terkena stroke lebih kecil
Berdasar studi terhadap 10 ribu individu, pernikahan bahagia meningkatkan kesehatan jantung pria dan mencegah stroke fatal. Pria lajang memiliki risiko terkena stroke 64 persen lebih tinggi daripada pria yang menikah.
Meningkatkan risiko penyakit jantung pasangan tak bahagia
Hubungan pernikahan yang intim tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan, kata Roberto De Vogli, peneliti penyakit jantung dalam Archives of Internal Medicine. Pada pernikahan yang tidak sehat, kedua pasangan rentan terkena masalah jantung 34 persen lebih tinggi daripada pasangan bahagia.
Risiko pikun berkurang
Orang setengah baya yang hidup sendiri lebih mungkin terkena penyakit pikun dan Alzheimer daripada mereka yang menikah. Sementara para duda atau janda dan setengah baya yang bercerai berisiko terkena masalah memori tiga kali lebih besar.
Pertengkaran merusak kekebalan tubuh
Sebuah pertengkaran ternyata akan menyakiti kedua pasangan, terutama istri. Riset Medical Center Ohio State University mengungkap, pertengkaran yang terlalu sering akan merusak sistem kekebalan tubuh dan membuat pasangan suami-istri rentan sakit. Hubungan tidak sehat cenderung lebih memperparah kesehatan istri dibanding suami.
Tekanan darah pasangan rendah
Pria dan wanita dalam pernikahan bahagia memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada para lajang. Penelitian Universitas Brigham Young menjelaskan, dukungan sosial tidak berpengaruh memberikan tekanan darah normal bagi para lajang. (umi)
Linda Waite, seorang profesor dari University of Chicago yang juga penulis 'The Case for Marriage: Why Married People are Happier, Healthier and Better Off Financially' mengatakan, pernikahan yang bahagia memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dan psikologis.
Ia mengatakan, kondisi pernikahan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Pasangan yang berada dalam sebuah pernikahan bahagia cenderung memiliki harapan hidup lebih lama dan lebih sehat, dibandingkan para lajang. Namun, kondisinya berbeda untuk pernikahan yang tak bahagia.
Berikut paparan Waite yang menunjukkan hubungan kondisi pernikahan dan tingkat kesehatan.
Stres pada wanita berkurang
Wanita yang hidup dalam pernikahan bahagia lebih mudah melepaskan diri dari tekanan hidup di luar rumah, daripada yang tidak menikah. Peneliti dari Universitas California membuktikan, hormon kortisol pemicu stres pada wanita berkurang saat pulang ke rumah.
Sementara pada wanita menikah yang kurang bahagia, level hormon kortisol dalam tubuh cenderung tidak berubah sehingga sulit pulih dari kondisi stres.
Wanita menikah lebih gemuk
Kebanyakan wanita beradaptasi dengan pola makan pasangan saat menikah. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan berat badan mereka. Studi terbaru menemukan, berat badan wanita rata-rata meningkat 10 kilogram dalam kurun waktu 10 tahun setelah menikah, terutama mereka yang memiliki anak. Sementara berat badan lajang rata-rata naik 7 kilogram.
Risiko pria terkena stroke lebih kecil
Berdasar studi terhadap 10 ribu individu, pernikahan bahagia meningkatkan kesehatan jantung pria dan mencegah stroke fatal. Pria lajang memiliki risiko terkena stroke 64 persen lebih tinggi daripada pria yang menikah.
Meningkatkan risiko penyakit jantung pasangan tak bahagia
Hubungan pernikahan yang intim tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan, kata Roberto De Vogli, peneliti penyakit jantung dalam Archives of Internal Medicine. Pada pernikahan yang tidak sehat, kedua pasangan rentan terkena masalah jantung 34 persen lebih tinggi daripada pasangan bahagia.
Risiko pikun berkurang
Orang setengah baya yang hidup sendiri lebih mungkin terkena penyakit pikun dan Alzheimer daripada mereka yang menikah. Sementara para duda atau janda dan setengah baya yang bercerai berisiko terkena masalah memori tiga kali lebih besar.
Pertengkaran merusak kekebalan tubuh
Sebuah pertengkaran ternyata akan menyakiti kedua pasangan, terutama istri. Riset Medical Center Ohio State University mengungkap, pertengkaran yang terlalu sering akan merusak sistem kekebalan tubuh dan membuat pasangan suami-istri rentan sakit. Hubungan tidak sehat cenderung lebih memperparah kesehatan istri dibanding suami.
Tekanan darah pasangan rendah
Pria dan wanita dalam pernikahan bahagia memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada para lajang. Penelitian Universitas Brigham Young menjelaskan, dukungan sosial tidak berpengaruh memberikan tekanan darah normal bagi para lajang. (umi)
0 comments:
Post a Comment